Jumat, 03 Mei 2013

makalah BK keluarga bahagia



KELUARGA BAHAGIA







Di susun oleh :
1.      Sri indah ratnasari                                    
2.      Mohandes alfi riadi                                  
3.      Tofik Ibrahim nur akbar                           



Kelas IV F


BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2013






KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami dalam keadaan sehat walafiat sehingga telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul hakikat keluarga bahagia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah konseling agama.
Dalam penulisan makalah ini juga karena adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan kelancaran dan motivasi serta batuanya kepada kami. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT, memberikan pahala yang sesuai dengan amal dan keikhlasannya dalam membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini. Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca serta masyarakat pada umumnya.





                                                                                                            Tegal, 24 april 2013

       Penyusun 


BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar belakang masalah

Dalam kehidupan berkeluarga, kita sering sekali mendengar istilah Sakinah, Mawaddah dan wa Rahmah. Ketiga kata tersebut sering dikaitkan dengan keluarga yang harmonis. Mungkin dari kita belum mengetahui makna dari Sakinah, Mawaddah dan wa Rahmah.
Pengertian keluarga (Kamus Dewan, Edisi Keempat) bermaksud seisi keluarga yang terdiri dari pada suami, isteri dan anak, manakala bahagia pula bermaksud suasana senang dan aman manakala Islam pula adalah agama yang selamat dan secara keseluruhan maksudnya ialah pembinaan sebuah kehidupan yang bahagia berlandaskan tuntutan agama yang benar.
              Perkawinan amat dituntut dalam Islam. Ia dapat mengembangkan institusi sosial, selain merupakan saluran yang betul untuk meluahkan  rasa kasih sayang seorang individu kepada individu lain yang berlainan jenis pada jalan yang dibenarkan syara
Hidup berkeluarga adalah kehendak semula jadi manusia, setiap orang akan berusaha untuk mendapat pasangan hidup yang sesuai dengannya bagi menjamin keharmonian hidup berkeluarga. Pembinaan sesebuah keluarga bermula dari perkahwinan (Zulkifli Mohammed al-Bakri: 2010: 101).









B.     Rumusan masalah

1.      Apakah yang di maksud keluarga bahagia ?
2.      Bagaimanah ciri-ciri keluarga bahagia ?
3.      Faktor-faktor apa saja yang dapat menentukan keluarga bahagia ?
4.      Apa saja kendala-kendala dalam mencapai suatu keluarga bahagia ?


C.     Tujuan masalah

1.      Mengetahui yang di maksud keluarga bahagia
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri keluarga bahagia
3.      Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang dapat menentukan keluarga bahagia
4.      Untuk mengetahui yang dapat dapat menjadi kendala-kendala dalam mencapai suatu keluarga bahagia


















BAB II
PEMBAHASAN
Sesebuah perkahwinan dalam Islam itu menekankan peri pentingnya persefahaman, kasih sayang, saling kenal mengenal dan menghormati antara satu sama lain, agar sebuah rumah tangga itu berkekalan dan terpelihara hingga ke akhir hayat, secara tidak langsung menjadi tauladan pada anak-anak agar memiliki akhlak yang terpuji (Hj Mohd Jiffry Hj Al-Akram: 41).
A.    KELUARGA BAHAGIA
Keluarga bahagian adalah suatu yang dibina dari segala kepayahan dan ilmu pengetahuan yang tinggi (Hasrizal Abdul Jamil: 2010). Ia perlu dibina sepanjang detik dan waktu melalui perkongsian suami dan isteri. Tanpa perkongsian yang adil dan jujur maka rumah tangga yang bahagia sekadar impian kosong semata-mata.
Kehidupan perlu kepada landasan syariat dan Islam sebagai teras panduan hidup akan menjanjikan kebahagiaan yang diimpikan itu berkekalan sepanjang hayat. Kehidupan berkeluarga bermula dari termetrinya ikatan akad nikah maka bermulalah sebuah masa kehidupan yang baru buat dua insan. Berbekalkan ilmu pengetahuan maka kehidupan yang dibina akan mendapat keberkatan ( Dato’ Ismail Kamus: 2009: 165).
Kebahagiaan rumah tangga bukanlah pada kuantiti masa tetapi kualiti masa yang yang diluangkan bersama isteri dan anak-anak (Hasrizal Abdul Jamil: 2010: 38). Memikul tanggungjawab bersama bermula dari sebuah kehidupan yang dijalani di awal perkahwinan sehinggalah setelah hadirnya zuriat menyeri kehidupan. Sebagai ketua keluarga perlulah bijak menangani bahtera kehidupan agar kehidupan yang dibina akan bahagia buat selamanya.
kunci utama rumah tangga bahagia adalah adanya saling cinta dan kasih sayang antara suami dan istri.  Sang suami akan menghargai dan memberikan segenap cinta dan kasih sayang kepada istrinya, jika kaum wanita pun memberikan cinta dan penghargaan kepada suaminya. Demikian pula sebaliknya



B.     CIRI-CIRI KELUARGA BAHAGIA
Dalam keluarga bahagia terdapat pola kehidupan yang sakinah mawaddah dan wa rahmah. Kata sakinah berasal dari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, kata sakinah mengandung makna tenang, tenteram, damai, terhormat, aman, nyaman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, dan memperoleh pembelaan. Dengan demikian keluarga sakinah berarti keluarga yang semua anggotanya merasakan ketenangan, kedamaian, keamanan, ketenteraman, perlindungan, kebahagiaan, keberkahan, dan penghargaan.
Kata sakinah juga sudah diserap menjadi bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sakinah bermakna kedamaian; ketenteraman; ketenangan; kebahagiaan.
Kata mawaddah juga berasal dari bahasa Arab. Mawaddah adalah jenis cinta membara, perasaan cinta dan kasih sayang yang menggebu kepada pasangan jenisnya. Mawaddah adalah perasaan cinta yang muncul dengan dorongan nafsu kepada pasangan jenisnya, atau muncul karena adanya sebab-sebab yang bercorak fisik. Seperti cinta yang muncul karena kecantikan, ketampanan, kemolekan dan kemulusan fisik, tubuh yang seksi; atau muncul karena harta benda, kedudukan, pangkat, dan lain sebagainya.
Kata mawaddah juga sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi mawadah (dengan satu huruf d). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mawadah bermakna kasih sayang.
Rahmah berasal dari bahasa Arab. yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, juga rejeki. Rahmah merupakan jenis cinta dan kasih sayang yang lembut, terpancar dari kedalaman hati yang tulus, siap berkorban, siap melindungi yang dicintai, tanpa pamrih “sebab”. Bisa dikatakan rahmah adalah perasaan cinta dan kasih sayang yang sudah berada di luar batas-batas sebab yang bercorak fisik.

Biasanya rahmah muncul pada pasangan yang sudah lama berkeluarga, dimana tautan hati dan perasaan sudah sangat kuat, saling membutuhkan, saling memberi, saling menerima, saling memahami. Corak fisik sudah tidak dominan.

Misalnya seorang kakek yang berusia 80 tahun hidup rukun, tenang dan harmonis dengan isterinya yang berusia 75 tahun. Ketika ditanya, “Mengapa kakek masih mencintai nenek pada umur setua ini?” Tidak mungkin dijawab dengan, “Karena nenekmu cantik, seksi, genit”, dan seterusnya, karena si nenek sudah ompong dan kulitnya berkeriput. Dan begitupun sebaliknya. Rasa cinta dan kasih sayang antara kakek dan nenek itu bahkan sudah berada di luar batas-batas sebab. Mereka tidak bisa menjelaskan lagi “mengapa dan sebab apa” masih saling mencintai.

Kata rahmah diserap dalam bahasa Indonesia menjadi rahmat (dengan huruf t). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rahmah atau rahmat bermakna belas kasih; kerahiman; karunia (Allah); dan berkah (Allah).
ciri-ciri keluarga bahagia menurut islam
1. Keluarga yang dibina atas prinsip-prinsip Islam rabbani, menghormati hak dan kebebasan individu yang dikawal oleh ajaran Islam, mengamalkan persamaan status manusia kecuali yang telah ditentukan berbeda oleh Islam, melaksanakan keadilan, musyawarah dan mendukung perdamaian sejagat.

           2. Dapat menyempurnakan rukun-rukun keluarga sakinah, muwaddah dan rahmah. Rumahtangga mestilah mampu menjadi tempat tinggal yang menenangkan, tempat membina rasa cinta dan kasih sayang sesama keluarga dan menjadi sumber memupuk rasa belas kasihan dan tanggungjawab.

          3. Dapat memainkan peranan sebagai institusi mendidik anak-anak sehingga mereka menjadi generasi yang, solihin, muslihin dan layak memikul tugas sebagai hamba allah

          4. Dapat memenuhi objektif perkahwinan:

a. Untuk memenuhi tuntutan kepuasan naluri seksual sebagai satu cara yang dapat mengurangkan ketegangan saraf yang mengesani ketenangan jiwa dan emosi manusia.

b.  Untuk menjamin pembiakan keturunan manusia secara yang sah daripada sudut agama dan undang-undang serta mulia daripada sudut pandangan masyarakat manusia yang normal.

c. Menentukan supaya keturunan manusia dapat disahkan, memelihara status rumahtangga, hubungan keakraban yang harmoni, erat dan mesra.

d. Menjamin keredaan, rahmat dan restu Allah dalam kehidupan di dunia dan akhirat.










Menurut Iran Bin Haji Herman (2003: 63), diantara ciri-ciri keluarga bahagia ialah mewujudkan komunikasi berkesan di antara suami dan isteri juga anak-anak. Komunikasi berkesan ini dapat dilihat dari bentuk bukan lisan seperti tingkah laku, mimik muka, tulisan, sebarang pergerakan anggota badan dan penampilan diri ahli keluarga. Ibu bapa dan anak-anak yang sering berkomunikasi samada melalui perbincangan jika terdapat sebarang permasalahan amat membentuk suasana sebuah keluarga yang bahagia. Ibu bapa  juga hendaklah menjadi pendengar dengan aktif dan bijak memberi tumpuan pada setiap apa yang ahli keluarga tuturkan. Pandangan setiap ahli di dalam keluarga juga sentiasa diambil kira untuk mewujudkan suasana komunikasi yang berkesan bagi mewujudkan keluarga yang bahagia

C.     FAKTOR-FAKTOR PENENTU KELUARGA BAHAGIA

Kekeluargaan yang bahagia akan wujud rumah tangga bahagia yang menjamin kebaikan kepada seluruh ahli keluarga terutamanya kepada anak-anak. Proses mewujudkan keluarga bahagia memerlukan dorongan padu dari pada ibu, bapa, ahli keluarga yang lain dan juga masyarakat. Empat faktor utama keluarga bahagia menurut Islam iaitu :-

1.  Faktor Suami Isteri.
2.  Faktor Keilmuan.
3.  Faktor Kekeluargaan.
4.  Faktor Ekonomi.

1. Faktor Suami Isteri
a.      Pemilihan Pasangan
Menurut (Harlina Halizah Hj Siraj: 2007: 68), faktor utama pemilihan calon yang betul sebelum mendirikan rumah tangga ini amat penting dan sewajarnya diberikan keutamaan yang tinggi sekiranya ingin membentuk keluarga bahagia. Islam telah memberi garis panduan memilih pasangan hidup.
b. Rumahtangga Berlandaskan Takwa dan berasaskan kasih sayang (Mawaddah Warahmah)
Selain itu, dalam membentuk sebuah keluarga yang bahagia, amatlah penting sesebuah rumah tangga itu didirikan berlandaskan taqwa.
Persiapan diri dari segi fisikal, mental dan emosi untuk meningkatkan keharmonisan rumah tangga, harus ada pada setiap pasangan supaya sebarang masalah yang dialami boleh diatasi dengan penuh bijaksana. Untuk mewujudkan keluarga bahagia, perlu ada perasaan kasih sayang dalam hati suami dan isteri. Tanpa kasih sayang daripada kedua-dua pihak (suami dan isteri), mustahil keluarga bahagia akan terbentuk. Perasaan cinta, mengambil berat dan bertanggungjawab terhasil dari pada sifat kasih sayang yang murni dan suci
 betapa pentingnya perasaan kasih sayang yang harus wujud dalam sebuah rumah tangga demi melahirkan sebuah keluarga bahagia seterusnya melahirkan masyarakat yang aman damai, saling hormat-menghormati, percaya-mempercayai dan tolong-menolong. Tanpa perasaan kasih sayang dikalangan ahli keluarga, sebuah institusi rumah tangga akan hancur seterusnya menghuru-harakan sebuah keluarga dan kebahagiaan hanya menjadi angan-angan semata (Zakaria Lemat: 2003: 82 - 83).
c. Memelihara Rahsia Rumah tangga, Hormat Menghormati

Suami isteri amat perlu menjaga rahsia rumah tangga (Zakaria Lemat: 2003: 86) mereka agar tidak timbul berita atau perkara yang buruk jika tersebarnya perkara-perkara yang seharusnya dirahsiakan dari pengetahuan umum demi kesejahteraan keluarga yang bahagia.
Sikap hormat menghormati antara pasangan secara tidak langsung melahirkan rasa hormat kepada orang lain pula. Suami menghormati isteri dan lebih utama isteri yang solehah menghormati suaminya juga merupakan antara faktor penting bagi menjalin perhubungan keluarga bahagia.
d. Persefahaman dan Jujur Antara Satu Sama Lain
Menurut (Zakaria Lemat: 2003: 83), persefahaman yang baik antara suami isteri juga merupakan faktor dalam mewujudkan sebuah keluarga bahagia. Suami isteri hendaklah saling kenal mengenali diri pasangan hidup secara luaran, emosi dan perasaan. Apabila wujudnya persefahaman,  maka terbinalah keluarga dan rumahtangga yang bahagia. Rumah tangga bahagia sewajarnya sentiasa di dalam ketenangan, jauh dari kebisingan dan kekalutan. Sebarang kemelut yang melanda, diatasi dengan penuh berhemah dan bijaksana.Bersikap lemah lembut, saling menghormati antara satu sama lain dan menghormati ahli keluarga ke dua belah pihak bagi mewujudkan suasana keluarga yang bahagia.


e. Mengamalkan Gaya Keibubapaan Yang Berkesan Dan Komunikasi Berterusan
Kekuatan keluarga bahagia lahir dari gaya keibu bapaan yang lebih sesuai dengan pendekatan Islam dan dirasakan mampu memberikan kesan positif  di mana kekuatannya terletak kepada sistem komunikasi dua hala yang menyuburkan amalan syura dan musyawarah yang meluas di antara anak-anak dengan ibu bapak. Kaedah dan gaya ini mampu memupuk sifat keyakinan diri yang tinggi disamping suasana kasih sayang yang diwarnai dengan kemesraan dan rasa hormat-menghormati. Ibu bapa yang bersikap terbuka dalam menerima teguran anak-anak akan mendapat kepercayaan dan penghormatan anak-anak.

f. Jiran Tetangga Yang Baik
Dalam pembentukan keluarga yang bahagia, jiran tetangga juga  memainkan peranan dalam mewujudkan keharmonian serta pembangunan keluarga dan masyarakat bahagia. Jiran tetangga merupakan orang terdekat dengan kita atau keluarga kita. Maka sewajarnyalah keluarga yang bahagia, memiliki jiran tetangga yang baik (Zakaria Lemat: 2003: 84).

2. Faktor Keilmuan
A. Mempunyai Ilmu Rumahtangga dan Memahami Tanggungjawab Suami Isteri

Berpengetahuan tentang ilmu berkaitan rumah tangga penting untuk dipelajari oleh setiap pasangan dan pernyataan ini selari dengan Iran bin Herman (2003: 51) yang menjelaskan, untuk melahirkan sebuah rumah tangga dan keluarga bahagia, ilmu yang berhubungan dengan keluarga dan keibu-bapaan adalah perlu. Melalui ilmu,  manusia dapat membezakan mana yang benar dan mana yang tidak. Terdapat perbagai cara untuk meningkatkan pengetahuan antaranya, daripada membaca buku-buku ilmiah dan mendengar ceramah sebagai cara meningkatkan pengetahuan untuk membentuk keluarga bahagia. Tanggungjawab suami isteri suami adalah ketua di dalam sebuah keluarga.  Suami merupakan aset penting dalam pembangunan bagi melahirkan keluarga yang bahagia. Tanggungjawab suami sebagai pemimpin keluarga adalah memberikan didikan agama yang secukupnya dengan mengajarkan ahli keluarganya ilmu fardhu Ain. Jika baik didikan yang diberi, maka akan lahirlah keluarga yang baik sebaliknya jika buruk didikannya maka akan lahirlah keluarga yang tidak baik.

Bagi membentuk keluarga bahagia, suami atau isteri perlu memahami tugas dan tanggujawab berikut (Zakaria Lemat: 2003: 84 - 88). Berikut adalah peranan-peranan suami:-
a.       Memberi makan, minum, pakaian dan tempat tinggal dari sumber dan usaha yang halal.
b.       Suami, berkewajipan melayani isteri dan ahli keluarga lain dengan Baik.
c.       Suami yang bertanggungjawab  tidak akan menzalimi anak isteri.
d.   Suami bertanggungjawab menegur, menasihati dan menunjuk ajar jika isteri melakukan maksiat dan kesalahan. Seorang suami yang berilmu keagamaan,  mestilah mendidik isterinya dengan penuh berhikmah. Suami yang bertanggungjawab tidak mengambil tindakan yang melulu sebaliknya bukanlah bermaksud tunduk dan patuh di bawah telunjuk isteri.
e.   Suami sewajarnya bersikap lapang dada dalam menghadapi sesuatu masalah kerana Allah menguji seseorang itu mengikut kemampuannya.
            f.   Suami bertanggungjawab melindungi ahli keluarga dari segala bentuk pencerobohan dan ancaman di samping melindungi mereka dari neraka.

Menurut Zakaria Lemat (2003: 86 - 88), Antara peranan dan tanggungjawab isteri yang harus difahami ialah:-
            a.   Wajib bagi isteri mematuhi, mentaati dan menghormati suami selama mana tidak bertentangan dengan syariat Islam.
            b.   Menjaga kehormatan dirinya dan suaminya dan menjaga amanah dan harta suaminya dan juga rahsia keluarga dan rumahtangga.
            c.   Berhias untuk suami, isteri hendaklah sentiasa berada di hadapan suami dalam keadaan menarik dan kemas dan sentiasa berhias untuk suami.
            d.   Menjaga anak-anak dengan sempurna dan sewajarnya menurut lunas-lunas Islam, menjaga kebersihan, kesihatan dan kebajikan anak-anak sesuai sebagai tugas ibu yang penyayang dan bertanggungjawab.
            e.   Menjalankan urusan rumahtangga supaya sempurna dan teratur dalam mengendalikan kerja-kerja rumah.
            f.   Tidak meninggalkan rumah melainkan setelah mendapat izin dari suami
g.   Sentiasa melengkapkan diri dengan pengetahuan agama.
h.   Berakhlak mulia dan pandai bergaul dengan keluarga suami.
 i.   Selalu menghargai perasaan suami dan memenuhi kemauan suami
 j.   Berhemah tinggi, lembah lembut dan berlapang dada terhadap suami.
k.   Bersyukur atas segala pemberian dari suami.

B. Memberikan Pendidikan Yang Komprehensif

Selain aspek aqidah dan keimanan, menjadi tanggungjawab ibu bapak Muslim menghantar anak-anak ke sekolah atau mengajarnya secara tidak langsung untuk mempelajari enam lagi aspek-aspek pendidikan (Harlina Halizah Hj Siraj: 2007: 72) iaitu aspek moral, fizikal, intelektual (kognitif), psikologikal, sosial dan seksual. Sekiranya semua ibu bapak mampu memberikan penekanan kepada semua aspek tersebut, akan lahirlah keluarga bahagia yang terdiri daripada kalangan anak-anak pewaris generasi akan datang yang seimbang dan penuh dengan potensi yang akan melonjakkan diri mereka ke peringkat kejayaan yang jauh lebih baik dari kedua ibu bapa mereka sendiri.

3. Faktor Kekeluargaan
A.  Mengutamakan Keluarga dan menjaga  Setiap Anak-Anak Dalam Keluarga
Amat penting mengutamakan keluarga daripada yang lain. Tanggungjawab utama seorang bapa adalah menjaga keluarganya begitu juga kepada seorang ibu

4. Faktor Ekonomi

Menurut Zakaria Lemat (2003: 82), faktor ekonomi merupakan puncak utama terbentuknya keluarga bahagia. Hendaklah setiap keluarga berusaha sedaya mampu menjauhkan  diri daripada amalan pemboros dalam makanan, minuman, perabot rumah tangga dan sebagainya.







D.    KENDALA-KENDALA DALAM MENCAPAI KELUARGA BAHAGIA
1. Akidah yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, magis dan sejenisnya. Bimbingan dukun dan sejenisnya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang fatal.
2.  Makanan yang tidak halalan thayyiba. Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila an nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.

3. Kemewahan. Menurut al Qur’an, kehancuran suatu bangsa dimulai dengan kecenderungan hidup mewah, mutrafin (Q/17:16), sebaliknya kesederhanaan akan menjadi benteng kebenaran. Keluarga yang memiliki pola hidup mewah mudah terjerumus pada keserakahan dan perilaku manyimpang yang ujungnya menghancurkan keindahan hidup berkeluarga.

4. Pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya (dapat mendatangkan WIL dan PIL). Oleh karena itu suami atau isteri harus menjauhi berduaan dengan yang bukan muhrim, sebab meskipun pada mulanya tidak ada maksud apa-apa atau bahkan bermaksud baik, tetapi suasana psikologis berduaan akan dapat menggiring pada perselingkuhan.

5. Kebodohan. Kebodohan ada yang bersifat matematis, logis dan ada juga kebodohan sosial. Pertimbangan hidup tidak selamanya matematis dan logis, tetapi juga ada pertimbangan logika sosial dan matematika sosial. Akibat Kebodohan sosial & matematis sosial maka sering terjadi pertengkaran dalam keluarga.

6. Akhlak yang rendah. Akhlak adalah keadaan batin yang menjadi penggerak tingkah laku. Orang yang kualitas batinnya rendah mudah terjerumus pada perilaku rendah yang sangat merugikan.

7. Jauh dari agama. Agama dalah tuntunan hidup. Orang yang mematuhi agama meski tidak pandai, dijamin perjalanan hidupnya tidak menyimpang terlalu jauh dari rel kebenaran. Orang yang jauh dari agama mudah tertipu oleh sesuatu yang seakan-akan menjanjikan padahal palsu.







BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Dalam kehidupan berkeluarga, kita sering sekali mendengar istilah Sakinah, Mawaddah dan wa Rahmah. Ketiga kata tersebut sering dikaitkan dengan keluarga yang harmonis.
2.       kunci utama rumah tangga bahagia adalah adanya saling cinta dan kasih sayang antara suami dan istri.  Sang suami akan menghargai dan memberikan segenap cinta dan kasih sayang kepada istrinya, jika kaum wanita pun memberikan cinta dan penghargaan kepada suaminya. Demikian pula sebaliknya
3.      ciri-ciri keluarga bahagia menurut islam di antaranya:
a.        sakinah,mawadah, wa rahmah
b.      Keluarga yang dibina atas prinsip-prinsip Islam rabbani, menghormati hak dan kebebasan individu yang dikawal oleh ajaran Islam,
c.       Dapat memainkan peranan sebagai institusi mendidik anak-anak sehingga mereka menjadi generasi yang, solihin, muslihin dan layak memikul tugas sebagai hamba allah
d.      mewujudkan komunikasi berkesan di antara suami dan isteri juga anak-anak
4.      Empat faktor utama keluarga bahagia menurut Islam iaitu :-
a.   Faktor Suami Isteri.                                             c.  Faktor Kekeluargaan.
b.  Faktor Keilmuan.                                                  d.  Faktor Ekonomi
5.  kendala-kendala dalam mencapai keluarga bahagia
a. akidah yang keliru atau sesat
b. makanan yang tidak halalan thayyiba
c. pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya (dapat mendatangkan wil dan pil).
d. kemewahan, kebodohan, akhlak yang rendah dan jauh dari agama
B. Saran
1. bagi yang bbelum menikah, di sarankan untuk memilah dan memilih pasangan hidup yang benar
2. bagi yang sudah menikah, menjaga komunikasi yang baik dan selalu terbuka, jujur, dan rasa kasih sayangnya tidak pudar
Daftar pustaka




13 komentar:

  1. bagus, kita jd tau keluarga bahagia itu seperti apa...

    BalasHapus
  2. keluarga bahagia,,
    Semoga bisa terwujud dalam kehidupan kita.
    Aminnn

    BalasHapus
  3. pengen punya keluarga bahagia

    BalasHapus
  4. yang jelas.....kadang pilihan kita belum tentu akan membuat kita bahagia selalu begitu pula pilihan dari orang di luar kita belum tentu membuat kita bahagia...jadi......

    BalasHapus
  5. pelajari ah..wat pegangan entar..

    BalasHapus
  6. saya ingin memiliki keluarga yang harmonis, bahagia. bagaimana caranya ?????

    BalasHapus