KELUARGA
BAHAGIA
Di
susun oleh :
1. Sri
indah ratnasari
2. Mohandes
alfi riadi
3. Tofik
Ibrahim nur akbar
Kelas IV F
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami
dalam keadaan sehat walafiat sehingga telah dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul hakikat keluarga bahagia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah konseling agama.
Dalam penulisan
makalah ini juga karena adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah
memberikan kelancaran dan motivasi serta batuanya kepada kami. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Semoga Allah
SWT, memberikan pahala yang sesuai dengan amal dan keikhlasannya dalam membantu
penulis selama proses pembuatan makalah ini. Penulis menyadari dalam makalah
ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para
pembaca serta masyarakat pada umumnya.
Tegal,
24 april 2013
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang masalah
Dalam
kehidupan berkeluarga, kita sering sekali mendengar istilah Sakinah, Mawaddah dan wa Rahmah.
Ketiga kata tersebut sering dikaitkan dengan keluarga yang harmonis. Mungkin
dari kita belum mengetahui makna dari Sakinah,
Mawaddah dan wa Rahmah.
Pengertian
keluarga (Kamus Dewan, Edisi Keempat) bermaksud seisi keluarga yang terdiri
dari pada suami, isteri dan anak, manakala bahagia pula bermaksud suasana
senang dan aman manakala Islam pula adalah agama yang selamat dan secara
keseluruhan maksudnya ialah pembinaan sebuah kehidupan yang bahagia
berlandaskan tuntutan agama yang benar.
Perkawinan amat dituntut
dalam Islam. Ia dapat mengembangkan institusi sosial, selain merupakan saluran
yang betul untuk meluahkan rasa kasih sayang seorang individu kepada
individu lain yang berlainan jenis pada jalan yang dibenarkan syara
Hidup
berkeluarga adalah kehendak semula jadi manusia, setiap orang akan berusaha
untuk mendapat pasangan hidup yang sesuai dengannya bagi menjamin keharmonian
hidup berkeluarga. Pembinaan sesebuah keluarga bermula dari perkahwinan
(Zulkifli Mohammed al-Bakri: 2010: 101).
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang di maksud keluarga
bahagia ?
2. Bagaimanah ciri-ciri keluarga
bahagia ?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat
menentukan keluarga bahagia ?
4. Apa saja kendala-kendala dalam
mencapai suatu keluarga bahagia ?
C. Tujuan masalah
1. Mengetahui yang di maksud keluarga
bahagia
2. Untuk mengetahui ciri-ciri keluarga
bahagia
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa
saja yang dapat menentukan keluarga bahagia
4. Untuk mengetahui yang dapat dapat
menjadi kendala-kendala dalam mencapai suatu keluarga bahagia
BAB II
PEMBAHASAN
Sesebuah
perkahwinan dalam Islam itu menekankan peri pentingnya persefahaman, kasih
sayang, saling kenal mengenal dan menghormati antara satu sama lain, agar
sebuah rumah tangga itu berkekalan dan terpelihara hingga ke akhir hayat,
secara tidak langsung menjadi tauladan pada anak-anak agar memiliki akhlak yang
terpuji (Hj Mohd Jiffry Hj Al-Akram: 41).
A. KELUARGA
BAHAGIA
Keluarga
bahagian adalah suatu yang dibina dari segala kepayahan dan ilmu pengetahuan
yang tinggi (Hasrizal Abdul Jamil: 2010). Ia perlu dibina sepanjang detik dan
waktu melalui perkongsian suami dan isteri. Tanpa perkongsian yang adil dan
jujur maka rumah tangga yang bahagia sekadar impian kosong semata-mata.
Kehidupan perlu kepada landasan
syariat dan Islam sebagai teras panduan hidup akan menjanjikan kebahagiaan yang
diimpikan itu berkekalan sepanjang hayat. Kehidupan berkeluarga bermula dari
termetrinya ikatan akad nikah maka bermulalah sebuah masa kehidupan yang baru
buat dua insan. Berbekalkan ilmu pengetahuan maka kehidupan yang dibina akan
mendapat keberkatan ( Dato’ Ismail Kamus: 2009: 165).
Kebahagiaan
rumah tangga bukanlah pada kuantiti masa tetapi kualiti masa yang yang
diluangkan bersama isteri dan anak-anak (Hasrizal Abdul Jamil: 2010: 38).
Memikul tanggungjawab bersama bermula dari sebuah kehidupan yang dijalani di
awal perkahwinan sehinggalah setelah hadirnya zuriat menyeri kehidupan. Sebagai ketua keluarga perlulah
bijak menangani bahtera kehidupan agar kehidupan yang dibina akan bahagia buat
selamanya.
kunci utama rumah tangga bahagia
adalah adanya saling cinta dan kasih sayang antara suami dan istri. Sang
suami akan menghargai dan memberikan segenap cinta dan kasih sayang kepada
istrinya, jika kaum wanita pun memberikan cinta dan penghargaan kepada
suaminya. Demikian pula sebaliknya
B. CIRI-CIRI
KELUARGA BAHAGIA
Dalam keluarga bahagia terdapat pola
kehidupan yang sakinah mawaddah dan wa rahmah. Kata sakinah berasal dari bahasa
Arab. Dalam bahasa Arab, kata sakinah mengandung makna tenang, tenteram, damai,
terhormat, aman, nyaman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, dan memperoleh
pembelaan. Dengan demikian keluarga sakinah berarti keluarga yang semua
anggotanya merasakan ketenangan, kedamaian, keamanan, ketenteraman,
perlindungan, kebahagiaan, keberkahan, dan penghargaan.
Kata
sakinah juga sudah diserap menjadi bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata sakinah bermakna kedamaian; ketenteraman; ketenangan;
kebahagiaan.
Kata
mawaddah juga berasal dari bahasa Arab. Mawaddah adalah jenis cinta
membara, perasaan cinta dan kasih sayang yang menggebu kepada pasangan
jenisnya. Mawaddah adalah perasaan cinta yang muncul dengan dorongan nafsu
kepada pasangan jenisnya, atau muncul karena adanya sebab-sebab yang bercorak
fisik. Seperti cinta yang muncul karena kecantikan, ketampanan, kemolekan dan
kemulusan fisik, tubuh yang seksi; atau muncul karena harta benda, kedudukan,
pangkat, dan lain sebagainya.
Kata
mawaddah juga sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi mawadah (dengan
satu huruf d). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mawadah bermakna
kasih sayang.
Rahmah berasal dari bahasa
Arab. yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, juga
rejeki. Rahmah merupakan jenis cinta dan kasih sayang yang lembut,
terpancar dari kedalaman hati yang tulus, siap berkorban, siap melindungi yang
dicintai, tanpa pamrih “sebab”. Bisa dikatakan rahmah adalah perasaan cinta dan
kasih sayang yang sudah berada di luar batas-batas sebab yang bercorak fisik.
Biasanya rahmah muncul pada pasangan
yang sudah lama berkeluarga, dimana tautan hati dan perasaan sudah sangat kuat,
saling membutuhkan, saling memberi, saling menerima, saling memahami. Corak
fisik sudah tidak dominan.
Misalnya seorang kakek yang berusia
80 tahun hidup rukun, tenang dan harmonis dengan isterinya yang berusia 75
tahun. Ketika ditanya, “Mengapa kakek masih mencintai nenek pada umur setua
ini?” Tidak mungkin dijawab dengan, “Karena nenekmu cantik, seksi, genit”, dan
seterusnya, karena si nenek sudah ompong dan kulitnya berkeriput. Dan begitupun
sebaliknya. Rasa cinta dan kasih sayang antara kakek dan nenek itu bahkan sudah
berada di luar batas-batas sebab. Mereka tidak bisa menjelaskan lagi “mengapa
dan sebab apa” masih saling mencintai.
Kata rahmah diserap dalam bahasa
Indonesia menjadi rahmat (dengan huruf t). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata rahmah atau rahmat bermakna belas kasih; kerahiman; karunia (Allah);
dan berkah (Allah).
ciri-ciri keluarga bahagia menurut
islam
1. Keluarga yang dibina atas prinsip-prinsip Islam rabbani,
menghormati hak dan kebebasan individu yang dikawal oleh ajaran Islam,
mengamalkan persamaan status manusia kecuali yang telah ditentukan berbeda oleh
Islam, melaksanakan keadilan, musyawarah dan mendukung perdamaian sejagat.
2. Dapat menyempurnakan rukun-rukun keluarga sakinah, muwaddah dan rahmah. Rumahtangga mestilah mampu menjadi tempat tinggal yang menenangkan, tempat membina rasa cinta dan kasih sayang sesama keluarga dan menjadi sumber memupuk rasa belas kasihan dan tanggungjawab.
2. Dapat menyempurnakan rukun-rukun keluarga sakinah, muwaddah dan rahmah. Rumahtangga mestilah mampu menjadi tempat tinggal yang menenangkan, tempat membina rasa cinta dan kasih sayang sesama keluarga dan menjadi sumber memupuk rasa belas kasihan dan tanggungjawab.
3. Dapat memainkan peranan sebagai institusi mendidik anak-anak sehingga mereka menjadi generasi yang, solihin, muslihin dan layak memikul tugas sebagai hamba allah
4. Dapat
memenuhi objektif perkahwinan:
a. Untuk memenuhi tuntutan kepuasan naluri seksual sebagai satu cara yang dapat mengurangkan ketegangan saraf yang mengesani ketenangan jiwa dan emosi manusia.
b. Untuk menjamin pembiakan keturunan manusia secara yang sah daripada sudut agama dan undang-undang serta mulia daripada sudut pandangan masyarakat manusia yang normal.
c. Menentukan supaya keturunan manusia dapat disahkan, memelihara status rumahtangga, hubungan keakraban yang harmoni, erat dan mesra.
d. Menjamin keredaan, rahmat dan restu Allah dalam kehidupan di dunia dan akhirat.
a. Untuk memenuhi tuntutan kepuasan naluri seksual sebagai satu cara yang dapat mengurangkan ketegangan saraf yang mengesani ketenangan jiwa dan emosi manusia.
b. Untuk menjamin pembiakan keturunan manusia secara yang sah daripada sudut agama dan undang-undang serta mulia daripada sudut pandangan masyarakat manusia yang normal.
c. Menentukan supaya keturunan manusia dapat disahkan, memelihara status rumahtangga, hubungan keakraban yang harmoni, erat dan mesra.
d. Menjamin keredaan, rahmat dan restu Allah dalam kehidupan di dunia dan akhirat.
Menurut
Iran Bin Haji Herman (2003: 63), diantara ciri-ciri keluarga bahagia ialah
mewujudkan komunikasi berkesan di antara suami dan isteri juga anak-anak.
Komunikasi berkesan ini dapat dilihat dari bentuk bukan lisan seperti tingkah
laku, mimik muka, tulisan, sebarang pergerakan anggota badan dan penampilan
diri ahli keluarga. Ibu bapa dan anak-anak yang sering berkomunikasi samada
melalui perbincangan jika terdapat sebarang permasalahan amat membentuk suasana
sebuah keluarga yang bahagia. Ibu bapa juga hendaklah menjadi pendengar
dengan aktif dan bijak memberi tumpuan pada setiap apa yang ahli keluarga
tuturkan. Pandangan setiap ahli di dalam keluarga juga sentiasa diambil kira
untuk mewujudkan suasana komunikasi yang berkesan bagi mewujudkan keluarga yang
bahagia
C. FAKTOR-FAKTOR PENENTU KELUARGA
BAHAGIA
Kekeluargaan yang bahagia akan wujud rumah tangga bahagia
yang menjamin kebaikan kepada seluruh ahli keluarga terutamanya kepada
anak-anak. Proses mewujudkan keluarga bahagia memerlukan dorongan padu dari pada
ibu, bapa, ahli keluarga yang lain dan juga masyarakat. Empat faktor utama
keluarga bahagia menurut Islam iaitu :-
1.
Faktor Suami Isteri.
2.
Faktor Keilmuan.
3.
Faktor Kekeluargaan.
4.
Faktor Ekonomi.
1. Faktor Suami
Isteri
a.
Pemilihan Pasangan
Menurut (Harlina Halizah Hj Siraj:
2007: 68), faktor utama pemilihan calon yang
betul sebelum mendirikan rumah tangga ini amat penting dan sewajarnya diberikan
keutamaan yang tinggi sekiranya ingin membentuk keluarga bahagia. Islam telah
memberi garis panduan memilih pasangan hidup.
b. Rumahtangga Berlandaskan
Takwa dan berasaskan kasih sayang (Mawaddah Warahmah)
Selain itu, dalam membentuk sebuah
keluarga yang bahagia, amatlah penting sesebuah rumah tangga itu didirikan
berlandaskan taqwa.
Persiapan diri dari segi fisikal, mental dan emosi untuk meningkatkan
keharmonisan rumah tangga, harus ada pada setiap pasangan supaya sebarang
masalah yang dialami boleh diatasi dengan penuh bijaksana. Untuk mewujudkan
keluarga bahagia, perlu ada perasaan
kasih sayang dalam hati suami dan isteri. Tanpa kasih sayang daripada
kedua-dua pihak (suami dan isteri), mustahil keluarga bahagia akan terbentuk.
Perasaan cinta, mengambil berat dan bertanggungjawab terhasil dari pada sifat
kasih sayang yang murni dan suci
betapa pentingnya
perasaan kasih sayang yang harus wujud dalam sebuah rumah tangga demi
melahirkan sebuah keluarga bahagia seterusnya melahirkan masyarakat yang aman
damai, saling hormat-menghormati, percaya-mempercayai dan tolong-menolong.
Tanpa perasaan kasih sayang dikalangan ahli keluarga, sebuah institusi rumah tangga
akan hancur seterusnya menghuru-harakan sebuah keluarga dan kebahagiaan hanya
menjadi angan-angan semata (Zakaria Lemat: 2003: 82 - 83).
c. Memelihara Rahsia Rumah tangga, Hormat
Menghormati
Suami isteri amat perlu menjaga rahsia rumah tangga (Zakaria
Lemat: 2003: 86) mereka agar tidak timbul berita atau perkara yang buruk jika
tersebarnya perkara-perkara yang seharusnya dirahsiakan dari pengetahuan umum
demi kesejahteraan keluarga yang bahagia.
Sikap
hormat menghormati antara pasangan secara tidak langsung melahirkan rasa hormat
kepada orang lain pula. Suami menghormati isteri dan lebih utama isteri yang
solehah menghormati suaminya juga merupakan antara faktor penting bagi
menjalin perhubungan keluarga bahagia.
d. Persefahaman dan Jujur Antara Satu Sama
Lain
Menurut (Zakaria Lemat: 2003: 83), persefahaman yang baik
antara suami isteri juga merupakan faktor dalam mewujudkan sebuah keluarga
bahagia. Suami isteri hendaklah saling kenal mengenali diri pasangan hidup
secara luaran, emosi dan perasaan. Apabila wujudnya persefahaman, maka
terbinalah keluarga dan rumahtangga yang bahagia. Rumah tangga bahagia
sewajarnya sentiasa di dalam ketenangan, jauh dari kebisingan dan kekalutan.
Sebarang kemelut yang melanda, diatasi dengan penuh berhemah dan
bijaksana.Bersikap lemah lembut, saling menghormati antara satu sama lain dan
menghormati ahli keluarga ke dua belah pihak bagi mewujudkan suasana keluarga
yang bahagia.
e.
Mengamalkan Gaya Keibubapaan Yang
Berkesan Dan Komunikasi Berterusan
Kekuatan keluarga bahagia lahir dari gaya keibu bapaan yang
lebih sesuai dengan pendekatan Islam dan dirasakan mampu memberikan kesan
positif di mana kekuatannya terletak kepada sistem komunikasi dua hala
yang menyuburkan amalan syura dan musyawarah yang meluas di antara anak-anak
dengan ibu bapak. Kaedah dan gaya ini mampu memupuk sifat keyakinan diri yang
tinggi disamping suasana kasih sayang yang diwarnai dengan kemesraan dan rasa
hormat-menghormati. Ibu bapa yang bersikap terbuka dalam menerima teguran
anak-anak akan mendapat kepercayaan dan penghormatan anak-anak.
f.
Jiran Tetangga Yang Baik
Dalam pembentukan keluarga yang bahagia, jiran tetangga
juga memainkan peranan dalam mewujudkan keharmonian serta pembangunan
keluarga dan masyarakat bahagia. Jiran tetangga merupakan orang terdekat dengan
kita atau keluarga kita. Maka sewajarnyalah keluarga yang bahagia, memiliki
jiran tetangga yang baik (Zakaria Lemat: 2003: 84).
2.
Faktor Keilmuan
A.
Mempunyai Ilmu Rumahtangga dan Memahami Tanggungjawab Suami Isteri
Berpengetahuan tentang ilmu berkaitan rumah tangga penting
untuk dipelajari oleh setiap pasangan dan pernyataan ini selari dengan Iran bin
Herman (2003: 51) yang menjelaskan, untuk melahirkan sebuah rumah tangga dan
keluarga bahagia, ilmu yang berhubungan dengan keluarga dan keibu-bapaan adalah
perlu. Melalui ilmu, manusia dapat membezakan mana yang benar dan mana
yang tidak. Terdapat perbagai cara untuk meningkatkan pengetahuan antaranya,
daripada membaca buku-buku ilmiah dan mendengar ceramah sebagai cara
meningkatkan pengetahuan untuk membentuk keluarga bahagia. Tanggungjawab suami
isteri suami adalah ketua di dalam sebuah keluarga. Suami merupakan aset
penting dalam pembangunan bagi melahirkan keluarga yang bahagia. Tanggungjawab
suami sebagai pemimpin keluarga adalah memberikan didikan agama yang secukupnya
dengan mengajarkan ahli keluarganya ilmu fardhu Ain. Jika baik didikan yang
diberi, maka akan lahirlah keluarga yang baik sebaliknya jika buruk didikannya
maka akan lahirlah keluarga yang tidak baik.
Bagi membentuk keluarga bahagia, suami atau isteri perlu
memahami tugas dan tanggujawab berikut (Zakaria Lemat: 2003: 84 - 88). Berikut
adalah peranan-peranan suami:-
a.
Memberi
makan, minum, pakaian dan tempat tinggal dari sumber dan usaha yang halal.
b. Suami, berkewajipan melayani
isteri dan ahli keluarga lain dengan Baik.
c.
Suami yang
bertanggungjawab tidak akan menzalimi anak isteri.
d.
Suami bertanggungjawab menegur, menasihati dan menunjuk ajar jika isteri melakukan
maksiat dan kesalahan. Seorang suami yang berilmu keagamaan, mestilah
mendidik isterinya dengan penuh berhikmah. Suami yang bertanggungjawab tidak
mengambil tindakan yang melulu sebaliknya bukanlah bermaksud tunduk dan patuh
di bawah telunjuk isteri.
e.
Suami sewajarnya bersikap lapang dada dalam menghadapi sesuatu masalah kerana
Allah menguji seseorang itu mengikut kemampuannya.
f. Suami bertanggungjawab
melindungi ahli keluarga dari segala bentuk pencerobohan dan ancaman di samping
melindungi mereka dari neraka.
Menurut Zakaria Lemat (2003: 86 - 88), Antara peranan dan
tanggungjawab isteri yang harus difahami ialah:-
a. Wajib bagi isteri mematuhi,
mentaati dan menghormati suami selama mana tidak bertentangan dengan syariat
Islam.
b. Menjaga kehormatan dirinya
dan suaminya dan menjaga amanah dan harta suaminya dan juga rahsia keluarga dan
rumahtangga.
c. Berhias untuk suami, isteri
hendaklah sentiasa berada di hadapan suami dalam keadaan menarik dan kemas dan
sentiasa berhias untuk suami.
d. Menjaga anak-anak dengan
sempurna dan sewajarnya menurut lunas-lunas Islam, menjaga kebersihan,
kesihatan dan kebajikan anak-anak sesuai sebagai tugas ibu yang penyayang dan
bertanggungjawab.
e. Menjalankan urusan
rumahtangga supaya sempurna dan teratur dalam mengendalikan kerja-kerja rumah.
f. Tidak meninggalkan rumah
melainkan setelah mendapat izin dari suami
g.
Sentiasa melengkapkan diri dengan pengetahuan agama.
h.
Berakhlak mulia dan pandai bergaul dengan keluarga suami.
i. Selalu menghargai perasaan
suami dan memenuhi kemauan suami
j. Berhemah tinggi, lembah lembut
dan berlapang dada terhadap suami.
k.
Bersyukur atas segala pemberian dari suami.
B.
Memberikan Pendidikan Yang Komprehensif
Selain aspek aqidah dan keimanan, menjadi tanggungjawab ibu
bapak Muslim menghantar anak-anak ke sekolah atau mengajarnya secara tidak
langsung untuk mempelajari enam lagi aspek-aspek pendidikan (Harlina Halizah Hj
Siraj: 2007: 72) iaitu aspek moral, fizikal, intelektual (kognitif),
psikologikal, sosial dan seksual. Sekiranya semua ibu bapak mampu memberikan
penekanan kepada semua aspek tersebut, akan lahirlah keluarga bahagia yang terdiri
daripada kalangan anak-anak pewaris generasi akan datang yang seimbang dan
penuh dengan potensi yang akan melonjakkan diri mereka ke peringkat kejayaan
yang jauh lebih baik dari kedua ibu bapa mereka sendiri.
3.
Faktor Kekeluargaan
A.
Mengutamakan Keluarga dan menjaga Setiap Anak-Anak Dalam Keluarga
Amat penting mengutamakan keluarga daripada yang lain.
Tanggungjawab utama seorang bapa adalah menjaga keluarganya begitu juga kepada
seorang ibu
4.
Faktor Ekonomi
Menurut Zakaria Lemat (2003: 82), faktor ekonomi merupakan
puncak utama terbentuknya keluarga bahagia. Hendaklah setiap keluarga berusaha
sedaya mampu menjauhkan diri daripada amalan pemboros dalam makanan,
minuman, perabot rumah tangga dan sebagainya.
D. KENDALA-KENDALA
DALAM MENCAPAI KELUARGA BAHAGIA
1. Akidah yang
keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, magis dan sejenisnya.
Bimbingan dukun dan sejenisnya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional,
tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang fatal.
2. Makanan yang tidak halalan thayyiba. Menurut
hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan
haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min
al haram ahaqqu ila an nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian
dan lain-lainnya.
3. Kemewahan. Menurut al Qur’an, kehancuran suatu bangsa dimulai dengan kecenderungan hidup mewah, mutrafin (Q/17:16), sebaliknya kesederhanaan akan menjadi benteng kebenaran. Keluarga yang memiliki pola hidup mewah mudah terjerumus pada keserakahan dan perilaku manyimpang yang ujungnya menghancurkan keindahan hidup berkeluarga.
4. Pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya (dapat mendatangkan WIL dan PIL). Oleh karena itu suami atau isteri harus menjauhi berduaan dengan yang bukan muhrim, sebab meskipun pada mulanya tidak ada maksud apa-apa atau bahkan bermaksud baik, tetapi suasana psikologis berduaan akan dapat menggiring pada perselingkuhan.
5. Kebodohan. Kebodohan ada yang bersifat matematis, logis dan ada juga kebodohan sosial. Pertimbangan hidup tidak selamanya matematis dan logis, tetapi juga ada pertimbangan logika sosial dan matematika sosial. Akibat Kebodohan sosial & matematis sosial maka sering terjadi pertengkaran dalam keluarga.
6. Akhlak yang rendah. Akhlak adalah keadaan batin yang menjadi penggerak tingkah laku. Orang yang kualitas batinnya rendah mudah terjerumus pada perilaku rendah yang sangat merugikan.
7. Jauh dari agama. Agama dalah tuntunan hidup. Orang yang mematuhi agama meski tidak pandai, dijamin perjalanan hidupnya tidak menyimpang terlalu jauh dari rel kebenaran. Orang yang jauh dari agama mudah tertipu oleh sesuatu yang seakan-akan menjanjikan padahal palsu.
3. Kemewahan. Menurut al Qur’an, kehancuran suatu bangsa dimulai dengan kecenderungan hidup mewah, mutrafin (Q/17:16), sebaliknya kesederhanaan akan menjadi benteng kebenaran. Keluarga yang memiliki pola hidup mewah mudah terjerumus pada keserakahan dan perilaku manyimpang yang ujungnya menghancurkan keindahan hidup berkeluarga.
4. Pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya (dapat mendatangkan WIL dan PIL). Oleh karena itu suami atau isteri harus menjauhi berduaan dengan yang bukan muhrim, sebab meskipun pada mulanya tidak ada maksud apa-apa atau bahkan bermaksud baik, tetapi suasana psikologis berduaan akan dapat menggiring pada perselingkuhan.
5. Kebodohan. Kebodohan ada yang bersifat matematis, logis dan ada juga kebodohan sosial. Pertimbangan hidup tidak selamanya matematis dan logis, tetapi juga ada pertimbangan logika sosial dan matematika sosial. Akibat Kebodohan sosial & matematis sosial maka sering terjadi pertengkaran dalam keluarga.
6. Akhlak yang rendah. Akhlak adalah keadaan batin yang menjadi penggerak tingkah laku. Orang yang kualitas batinnya rendah mudah terjerumus pada perilaku rendah yang sangat merugikan.
7. Jauh dari agama. Agama dalah tuntunan hidup. Orang yang mematuhi agama meski tidak pandai, dijamin perjalanan hidupnya tidak menyimpang terlalu jauh dari rel kebenaran. Orang yang jauh dari agama mudah tertipu oleh sesuatu yang seakan-akan menjanjikan padahal palsu.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam kehidupan berkeluarga, kita
sering sekali mendengar istilah Sakinah,
Mawaddah dan wa Rahmah. Ketiga kata tersebut sering
dikaitkan dengan keluarga yang harmonis.
2.
kunci utama rumah tangga bahagia
adalah adanya saling cinta dan kasih sayang antara suami dan istri. Sang
suami akan menghargai dan memberikan segenap cinta dan kasih sayang kepada
istrinya, jika kaum wanita pun memberikan cinta dan penghargaan kepada
suaminya. Demikian pula sebaliknya
3. ciri-ciri
keluarga bahagia menurut islam di antaranya:
a. sakinah,mawadah, wa rahmah
b. Keluarga yang dibina atas
prinsip-prinsip Islam rabbani, menghormati hak dan kebebasan individu yang
dikawal oleh ajaran Islam,
c. Dapat memainkan peranan sebagai
institusi mendidik anak-anak sehingga mereka menjadi generasi yang, solihin,
muslihin dan layak memikul tugas sebagai hamba allah
d. mewujudkan komunikasi berkesan di
antara suami dan isteri juga anak-anak
4. Empat faktor utama keluarga bahagia
menurut Islam iaitu :-
a.
Faktor Suami Isteri. c.
Faktor Kekeluargaan.
b.
Faktor Keilmuan. d.
Faktor Ekonomi
5. kendala-kendala dalam
mencapai keluarga bahagia
a.
akidah yang keliru atau sesat
b.
makanan yang tidak halalan thayyiba
c.
pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya (dapat mendatangkan wil dan pil).
d.
kemewahan, kebodohan, akhlak yang rendah dan jauh dari agama
B. Saran
1. bagi yang bbelum menikah, di sarankan untuk
memilah dan memilih pasangan hidup yang benar
2. bagi yang sudah menikah, menjaga komunikasi yang
baik dan selalu terbuka, jujur, dan rasa kasih sayangnya tidak pudar
Daftar pustaka
bagus buat nambah wawasan
BalasHapusbagus, kita jd tau keluarga bahagia itu seperti apa...
BalasHapussiiip banget,,,
BalasHapuskeluarga bahagia,,
BalasHapusSemoga bisa terwujud dalam kehidupan kita.
Aminnn
pengen punya keluarga bahagia
BalasHapusyang jelas.....kadang pilihan kita belum tentu akan membuat kita bahagia selalu begitu pula pilihan dari orang di luar kita belum tentu membuat kita bahagia...jadi......
BalasHapusaku pengen bahgiA
BalasHapussaya juga..
BalasHapuswah... penginn
BalasHapuspelajari ah..wat pegangan entar..
BalasHapussaya ingin memiliki keluarga yang harmonis, bahagia. bagaimana caranya ?????
BalasHapusbagus,,
BalasHapuspengen.
BalasHapus